Kenapa Sosial Media Bisa Merusak Kehidupan? Ini Penjelasanya

Daftar Isi

SerbaGRatis95.site - Media sosial, khususnya platform seperti TikTok, mungkin telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seseorang. 

Di Indonesia, pengaruh media sosial begitu kuat sehingga banyak orang, tanpa disadari, telah terjebak dalam standar-standar yang diciptakan oleh dunia maya. 

Fenomena ini bukan hanya terjadi pada anak muda, tetapi juga orang dewasa yang hidupnya semakin dikendalikan oleh apa yang mereka lihat di layar hpnya. 

Namun, mengapa media sosial bisa begitu merusak kehidupan seseorang? 

Nah, pada kesempatan ini akan membahas bagaimana dan mengapa media sosial, khususnya aplikasi TikTok, dapat berdampak negatif pada kehidupan. Jadi, silakan simak tulisna ini hingga selesai untuk ketahui detail lebih lengkapnya!

Kenapa Sosial Media Bisa Merusak Kehidupan

Standar Media Sosial dan Kehidupan Nyata

Fenomena “diitir FYP” atau terpengaruh oleh konten yang muncul di halaman For You Page (FYP) TikTok, adalah salah satu contoh nyata bagaimana standar media sosial bisa merusak kehidupan. 

Banyak dari kita mungkin tidak sadar bahwa kita telah membandingkan diri kita dengan standar-standar yang sebenarnya tidak realistis. 

Sebagai contoh, seseorang mungkin merasa tidak bahagia dalam hubungan mereka karena mereka terus-menerus membandingkan pasangan mereka dengan apa yang mereka lihat di media sosial. 

Ketika seseorang melihat konten di media sosial, seperti TikTok, yang memperlihatkan pasangan yang tampak sempurna, secara tidak sadar mereka mulai menginginkan hal yang sama dalam kehidupannya sendiri. 

Hal ini sering kali mengarah pada ketidakpuasan, bahkan depresi, karena realitas tidak bisa memenuhi ekspektasi yang dibentuk oleh media sosial.

Teori Perbandingan Sosial dan Efek Highlight Reel

Menurut teori perbandingan sosial yang dikemukakan oleh Leon Festinger, manusia secara alami cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain untuk menilai kebahagiaan dan pencapaiannya sendiri. 

Sebelum adanya media sosial, perbandingan ini terbatas pada lingkungan sekitar, seperti teman atau tetangga. Namun, dengan hadirnya media sosial, kita sekarang membandingkan diri kita dengan ribuan orang lain di seluruh dunia. 

Tidak hanya itu, yang kita lihat di media sosial hanyalah momen-momen terbaik dari kehidupan seseorang, yang sering disebut sebagai “highlight reel effect”

Hal ini menciptakan kesan bahwa hidup orang lain jauh lebih baik, lebih bahagia, dan lebih sukses daripada kehidupan kita sendiri, padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Dampak Negatif pada Kesehatan Mental

Media sosial juga dikenal dengan kemampuannya untuk memperburuk kondisi kesehatan mental seseorang. 

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di American Journal of Epidemiology pada tahun 2017, peningkatan penggunaan Facebook dan media sosial lainnya dikaitkan dengan penurunan tingkat kebahagiaan dan kesehatan mental. 

Orang-orang yang lebih sering menggunakan media sosial melaporkan tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah. 

Hal ini karena media sosial membuat kita lebih mudah membandingkan diri dengan orang lain dan merasakan ketidakpuasan terhadap kehidupan kita sendiri. 

Selain itu, ada fenomena yang disebut Fear of Missing Out (FOMO), yaitu ketakutan akan ketinggalan tren atau pengalaman yang dialami orang lain. 

FOMO ini seringkali mendorong seseorang untuk terus-menerus terlibat dalam media sosial, meskipun hal tersebut sebenarnya justru membuat mereka merasa lebih buruk tentang diri mereka sendiri.

Meningkatnya Depresi dan Kecemasan

Kita juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa media sosial telah berkontribusi pada meningkatnya angka depresi dan kecemasan, terutama di kalangan anak muda. 

Standar hidup yang dibentuk oleh media sosial sangat tinggi dan sering kali tidak realistis, sehingga banyak orang merasa terbebani untuk mengikuti standar tersebut. 

Akibatnya, ketika mereka merasa gagal untuk memenuhi ekspektasi yang diciptakan oleh media sosial, mereka mulai merasa minder, tidak puas, dan bahkan depresi.

Mengurangi Dampak Negatif Media Sosial

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak negatif dari media sosial? Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Sadarilah Realitas Media Sosial

Ingatlah bahwa apa yang kita lihat di media sosial hanyalah sebagian kecil dari hidup seseorang, dan itu biasanya adalah versi terbaik dari hidup mereka. 

Setiap orang memiliki tantangan dan masalah mereka sendiri, yang seringkali tidak terlihat di balik postingan glamor di media sosial.

2. Batasi Waktu di Media Sosial

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengurangi penggunaan media sosial hingga 30 menit per hari dapat menurunkan risiko depresi dan kecemasan. 

Dengan membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial, kita bisa mengurangi paparan terhadap standar-standar yang tidak realistis dan fokus pada kehidupan nyata kita sendiri.

3. Tetapkan Standar Hidup Sendiri

Alih-alih mengikuti standar yang ditetapkan oleh media sosial, tetapkan standar hidup yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan pribadi. 

Fokus pada apa yang benar-benar penting bagi kita, bukan pada apa yang dianggap penting oleh orang lain. 

Tujuan hidup yang realistis dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi akan membuat hidup terasa lebih bermakna dan meminimalkan perasaan tidak puas.

4. Latih Disiplin Diri

Meskipun sulit, disiplin diri sangat penting dalam membatasi penggunaan media sosial. Cobalah untuk menetapkan batasan waktu dan patuhi batasan tersebut. Hal ini akan sangat membantu dalam menciptakan kehidupan yang lebih tenang, tentram, dan tentu saja, lebih bahagia.

Kesimpulan

Media sosial, dengan segala manfaatnya, juga membawa risiko yang signifikan terhadap kesehatan mental dan kebahagiaan kita. 

TikTok, dengan sistem FYP-nya, adalah contoh bagaimana standar yang dibentuk oleh media sosial dapat mempengaruhi hidup kita. 

Dengan memahami bahaya dari standar-standar yang tidak realistis ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya, kita bisa menjalani hidup yang lebih bahagia dan lebih sehat. 

Batasi waktu di media sosial, tetapkan standar hidup sendiri, dan yang terpenting, sadarlah bahwa kehidupan yang sempurna yang kita lihat di media sosial hanyalah ilusi. Dengan begitu, kita bisa lebih fokus pada kebahagiaan sejati dalam kehidupan nyata.

Cak Nun
Cak Nun Seorang bloger muda yang hanya memikirkan kata "berusaha, berdoa dan pasrah" tak lupa akan syukur atas apa yang di berikan.

Posting Komentar