Benarkah Kelas Menengah Akan Hilang? Ini Penjelasannya
SerbaGratis95.site - Beberapa hari lalu, kami menonton video Youtubers, Timothy Ronald yang berjudul "Kelas Menengah Akan Hilang."
Dalam video tersebut, Timothy memprediksi bahwa di masa depan kelas menengah akan hilang, dan hanya akan tersisa dua kelompok, yakni yang sangat kaya dan yang sangat miskin. Tidak akan ada lagi kelompok "menengah" yang tidak bisa dibilang kaya atau miskin.
Pemaparan Timothy cukup logis dan masuk akal kalau di melihatnya dari perspektif futuristik. Namun, sebagai seseorang yang tidak mudah menelan informasi mentah-mentah, pembahasan ini membuat kami tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut.
Kelas Menengah Akan Hilang
Dari beberapa riset dan pengetahuan yang kami kumpulkan, kami menemukan beberapa hal menarik yang bisa menjadi ancaman bagi kelas menengah. Mari kita mulai dengan mendefinisikan kelas menengah itu sendiri.
Menurut Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia adalah masyarakat yang memiliki pengeluaran rata rata sekitar 1,2 juta hingga 6 juta rupiah per bulan. Menurut data tahun 2022 yang kami ambil dari databoks.katadata.co.id, sebanyak 115 juta penduduk Indonesia menuju kelas menengah.
Di negara Indonesia, kelas menengah memiliki peran besar dalam perekonomian negara. Walaupun daya beli mereka tidak sebesar kelas atas, namun daya beli kelas menengah tetap lebih kuat dibandingkan kelas ekonomi di bawahnya.
Selain itu, mayoritas penduduk Indonesia berusia muda yang rentan dengan konsumtivisme, menjadikan kelas menengah sebagai konsumen utama dalam berbagai barang dan jasa di dalam negeri, mulai dari kebutuhan rumah tangga, teknologi, hiburan, hingga pariwisata.
Kelas menengah juga punya akses dan kemampuan untuk berinvestasi, yang bisa menyumbang likuiditas dalam instrumen investasi dan menarik perhatian investor asing untuk menanam saham di negara ini.
Tapi nyatanya, Indonesia masih terjebak dalam middle-income trap, di mana negara ini berhasil mencapai pendapatan menengah tetapi tidak bisa keluar menjadi negara maju.
By the way, untuk keluar dari middle-income trap, pertumbuhan ekonomi harus didorong hingga 6-7%, sedangkan dalam beberapa tahun ini pertumbuhan ekonomi kita hanya berkisar di angka 5%.
Menuju Indonesia Emas 2045, tentu masyarakat ingin keluar dari jebakan ini dan menjadi negara maju. Namun, ada risiko bahwa kita bisa keluar sebagai negara berpendapatan rendah kalau kelas menengah perlahan menghilang.
Keadaan Ekonomi Indonesia dan Kebijakan Pemerintah
Keadaan ekonomi sangat terkait dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Beberapa kebijakan yang dirasa tidak pro-rakyat, seringkali mendapat kritik dan hujatan dari masyarakat.
Salah satu kebijakan yang dirasa membebankan kelas menengah adalah kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), yang memotong gaji pekerja swasta sebesar 3% untuk iuran pembuatan rumah ini.
Kebijakan ini dianggap tidak masuk akal karena jumlah iuran yang dibayar hingga pensiun tetap tidak bisa menjangkau harga rumah yang semakin mahal. Selain itu, kenaikan harga barang dan upah yang tidak seimbang semakin memperberat beban kelas menengah.
Kenaikan biaya pendidikan juga menjadi beban bagi kelas menengah. Pemerintah seringkali menganggap pendidikan tinggi sebagai tidak wajib. Tapi kenyataannya, syarat minimal untuk banyak pekerjaan adalah S1.
Akibatnya, solusi pemerintah dengan memberikan pinjaman pendidikan justru membuat lulusan baru terbebani utang segera setelah mereka mulai bekerja.
Berkembangnya Teknologi Secara Otomatis
Seiring perkembangan zaman, manusia selalu mencari cara untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan. Salah satu hasilnya adalah teknologi yang bisa menggantikan pekerjaan manusia seperti AI.
Artificial intelligence (AI) diprediksi akan menggantikan banyak pekerjaan manusia. Menurut World Economic Forum, sebanyak 83 juta pekerjaan akan hilang dalam lima tahun ke depan.
Teknologi ini memberikan keuntungan besar bagi yang paham cara menggunakannya, tetapi menjadi ancaman bagi yang tidak. Dengan kemajuan AI, akan ada orang kaya baru yang memahami teknologi ini dan orang miskin baru yang tergantikan oleh teknologi.
Menurut teori hukum Moore, menyatakan bahwa kinerja komputer dan teknologi akan meningkat secara eksponensial seiring waktu. Ketika teknologi semakin canggih, kelas menengah bisa saja hilang, menciptakan jurang kesenjangan yang lebih lebar antara si kaya dan si miskin.
Kesimpulan
Kelas menengah berada di posisi yang rentan. Kebijakan pemerintah seringkali tidak memihak mereka secara spesifik, dan perkembangan teknologi yang cepat bisa membuat mereka terjebak dalam kesulitan ekonomi.
Di kelas ini memiliki peran besar dalam perekonomian negara, tetapi dengan berbagai tantangan yang ada, mereka harus beradaptasi dan bergerak agar tidak hilang.
Pertanyaan besar yang tersisa sekarang adalah: apakah kelas menengah akan hilang atau tetap bertahan? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Jadi, gimana. Apa pendapatmu tentang hal ini? Apakah kelas menengah perlahan akan hilang atau tetap seperti sekarang? Tulis pendapat Anda di kolom komentar. Sekian pembahasan kali ini, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel berikutnya.
Posting Komentar
Komentar dengan menyertakan atau promosi produk tertentu akan Kami hapus. Sebab, blog ini bukan tempat untuk mempromosikan barang yang Kamu jual. Salam santun Blogger Indonesia