Kenapa Netizen Indonesia di Sosial Media Platfrom Beda Beda?
SerbaGratis95.site - Bermain sosmed (sosial media), sekarang telah menjadi hal yang cukup adiktif. Bangun tidur buka sosmed, lagi makan buka sosmed, lagi di toilet buka sosmed, bahkan sebelum tidur alangkah tanggungnya kalau tidak buka sosmed lagi.
Tapi sebenarnya orang orang sadar tidak kalau setiap platform sosial media entah kenapa memiliki lingkungan yang 180 derajat saling berbeda? Misalnya Instagram yang katanya terlalu serius TikTok isinya bercanda terus, serta Facebook yang kadang dicap boomers
Loh kok bisa begitu min? Apakah semua itu benar adanya?
Jadi, dibawah ini kami akan mencoba memberikan penjelasan mengenai hal tersebut. oleh sebab itu, silakan simak tulisan ini hingga selesai untuk ketahui detail lebih lengkapnya dibawah!
Kenapa Netizen Indonesia di Sosial Media Platfrom Beda Beda?
Apakah kamu pernah memperhatikan saat ada sebuah berita besar yang penting dan informasi tersebut akhirnya merambat ke semua sosial media, di situlah momen kamu akhirnya sadar bahwa netizen dari setiap sosial media itu berbeda beda.
Ketika melihat beritanya dari sosial media TikTok reaksi netizenya cukup nyebelin di mana kerap kali kalau ingin bertanya mengenai konteks dari berita tersebut di kolom komentar, balasan yang muncul kebanyakan malah bercanda bahkan diluar teks atau out of topic.
Jika melihat berita besar yang sama di platfrom Instagram, entah kenapa literasi dari netizennya itu lebih terbuka sedikit, daripada TikTok. Karena semuanya bersifat kritis dan aware dengan beritanya. Sama halnya dengan platform X atau Twitter yang malah lebih tinggi lagi literasinya.
Platfrom Facebook lain lagi, bisa dibilang posisi sosmed ini seperti netral. Jadi, porsi bercandanya ada serta porsi kritisnya juga ada. Dan itu juga berlaku di YouTube yang memang netral juga.
Lalu apakah dari semua alur tadi kasta sosial media yang paling baik adalah Instagram dan juga X (Twitter)?
Nyatanya tidak juga! Ketika ada sebuah konten atau postingan hiburan atau bahkan sebuah karya seni posisi kasta tersebut, ternyata netizen tiktok lah yang paling bisa untuk mengapresiasi dan men-support sebuah karya yang diposting oleh seorang kreator.
Di Instagram, seringkali terdapat komentar-komentar yang terlalu kritis, bahkan ‘ahli-ahli’ kritik pun seringkali memberikan kritikan yang terkesan menghujat. Meskipun begitu, secara bersamaan, apresiasi juga tetap diberikan. Lalu, untuk sosial media lainya, semuanya bisa dibilang cukup netral.
Jadi apakah sosmed yang terbaik itu YouTube dan Facebook karena sedari tadi selalu netral?
Justru netizen dari kedua platform ini juga kadang bermasalah. Misalnya Facebook yang yang entah kenapa netizennya kerap kali mempercayai berita-berita yang belum dikonfirm kebenarannya, begitu juga dengan platfrom YouTube memiliki hal yang serupa karena banyaknya pengguna yang masih di bawah umur.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa TikTok cenderung untuk hiburan dan bercanda, Instagram terlalu serius, Twitter lebih kritis dan serius, sementara Facebook dan YouTube cenderung netral.
Apakah kesimpulan yang disampaikan sebelumnya benar?
Memang terlihat jelas bahwa setiap platform media sosial memiliki keunikan dalam perilaku netizen masing-masing. Tapi, sebenarnya perbedaan perilaku tersebut adalah hal yang wajar, karena setiap individu memiliki latar belakang, pengalaman, dan pandangan yang berbeda.
Mungkin, penjelasan yang akan kami sampaikan di bawah dapat memberikan gambaran lebih lanjut mengenai mengapa perbedaan perilaku dalam platform media sosial merupakan sesuatu yang lazim.
Sebenarnya tidak ada platform media sosial tertentu yang memiliki tingkat kasar tertinggi, tetapi tingkat toksisitas lingkungan di media sosial memang ada, disebabkan oleh perilaku netizen.
Hal ini memang benar-benar diteliti oleh beberapa artikel media di mana pengguna bisa melihat sendiri data mengenai platform media sosial yang paling toksik. Dengan cara mencari dimesin pencari dengan kata kunci “sosial media yang paling toxic”.
Di luar dari poin tersebut, apa sebenarnya yang menyebabkan perilaku netizen berbeda-beda di setiap platform media sosial?
Alasan paling sederhana dan utama dari perilaku random netizen di setiap media sosial tentu saja karena siapa yang menggunakan aplikasi tersebut. "Siapa" di sini dapat dikategorikan berdasarkan umur dan tingkat kedewasaan berpikir.
Kita mungkin heran mengapa konten TikTok seringkali berisikan dengan lelucon-lelucon?. Dan kenapa komentar-komentar dikolom yang disediakan selalu menggiring kita agar mencari hal di "komentar bertuliskan biru"?.
Tentu saja, hal ini terjadi karena mayoritas netizen TikTok adalah bocil dan remaja dengan rentang usia 10 - 24 tahun. Jumlah orang dewasa yang menggunakan platform ini sangat sedikit, sehingga wajar kalau banyak tanggapan konten fomo atau yang cepat ingin menjadi viral.
Dalam platfrom ini, kebanyakan pengguna berada pada tahap perkembangan pikiran yang belum matang, dan masih dalam proses menjadi lebih bijaksana dan dewasa dalam mengambil keputusan.
Kemudian, mungkin kamu juga bertanya mengapa Instagram dipenuhi oleh orang-orang yang serius?.
Hal ini tentu saja karena mayoritas pengguna Instagram berusia antara 18 - 24 tahun, di mana remaja yang sudah mulai serius sedikit dan orang dewasa yang selalu kritis. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau konten hiburan dianggap terlalu serius, karena standar humor dan pemikiran netizen di Instagram jauh berbeda dengan TikTok.
Untuk munculnya komentar-komentar negatif, tentu saja itu hanya dipengaruhi oleh faktor haters yang hadir di semua platform media sosial, yang telah kami bahas dalam artikel sebelumnya.
Hal ini berlaku juga untuk platform lain seperti Twitter, yang didominasi oleh orang dewasa yang kritis dan berpengalaman dalam berbagai aspek, serta sedikit remaja. Begitu juga dengan platform media sosial Facebook, yang karena popularitasnya pada tahun 2011-an, banyak diisi oleh orang tua dan sedikit anak muda.
Pada intinya, rata-rata usia netizen mempengaruhi perilaku di setiap platform, meskipun ini hanya data belaka. Nyatanya, dalam setiap masyarakat, baik yang mendukung maupun yang menyebalkan, semua tipe netizen ada, meskipun mungkin dalam proporsi yang berbeda.
Pada akhirnya, semua media sosial memiliki dampak yang sama, baik positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana kita mengatur konsumsinya.
Jadi, apakah kamu setuju dengan pernyataan-pernyataan orang lain tentang perilaku netizen di setiap media sosial? Silakan berikan pendapat Anda di kolom komentar.
Posting Komentar
Komentar dengan menyertakan atau promosi produk tertentu akan Kami hapus. Sebab, blog ini bukan tempat untuk mempromosikan barang yang Kamu jual. Salam santun Blogger Indonesia