Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mengapa Banyak Stigma Buruk Tentang Negara India

SerbaGratis95.site - Pasti kamu pernah menonton video yang menampilkan betapa lezatnya, higienisnya, serta uniknya masakan orang di negara India ini.

Selain terkenal dengan kulinernya yang terkesan dianggap “ekstrem”, India juga dikenal sebagai negara yang memiliki tingkat keamanan yang rendah bagi wanita. 

Hal ini terbukti dari banyaknya kasus pelecehan yang sering terjadi terhadap turis asing maupun penduduk lokal di sana. 

Ditambah lagi dengan kondisi jalanan yang kotor, banyak kekurangan yang terlihat di negara tersebut, yang membuat banyak netizen di seluruh dunia berfikir yang tidak tidak tentang negara ini. 

Lantas, bagaimana bisa negara India sering dikaitkan dengan stigma negatif seperti itu?

Mengapa Banyak Stigma Buruk Tentang Negara India?

Ketika membicarakan Tentang India, kita tak bisa menghindari pembahasan mengenai sistem kasta yang ada di negara ini. 

Mulai dari kasta Brahmana (Brahmins) yang diisi oleh para pendeta, Satria (Kshatriyas) yang terdiri dari anggota militer dan dikuasai oleh para petani, pedagang, atau profesi serupa, hingga kasta Sudra (Shudras) yang melayani ketiga kasta di atasnya. Tidak lupa juga kasta Dalit (Dalits) yang seringkali mengalami penindasan oleh masyarakat lokal itu sendiri.

Faktanya, meskipun kasta Brahmana diisi oleh para pendeta, namun di zaman modern seperti sekarang, tidak semua orang dari kasta Brahmana menjadi pemuka agama. Hal yang sama berlaku untuk kasta-kasta lainnya. 

Lalu, dari mana asal mula sistem kasta ini sebenarnya? 

Singkatnya, sistem kasta ini berakar dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakat India, atau lebih rinci lagi, berasal dari teks klasik Hindu yang disebut “Manusmriti” yang berisi tentang etika, hukum kasta, dan berbagai aspek lainnya.

Sistem kasta seperti inilah yang membuat India memiliki stigma buruk di berbagai macam platfrom sosial media maupun juga dunia internasional. 

Jika kamu bertanya mengapa jalanan di India begitu kotor, atau mengapa sungai-sungai di India tercemar, maka jawabannya adalah karena sebagian besar terkait dengan pandangan masyarakat India terhadap kebersihan.

Rumah-rumah di India, terutama yang dihuni oleh kasta atas, cenderung bersih. Karena dalam kepercayaan yang dianutnya, menjaga kebersihan adalah suatu kewajiban. Jadi kegiatan seperti mandi setiap hari dan ritual penyucian sebelum berdoa adalah hal yang diajarkan dan dipraktikkan secara konsisten. Sayangnya, kegiatan ini hanya di aplikasikan di dalam rumah saja.

Mayoritas masyarakat India beranggapan bahwa membersihkan lingkungan di luar rumah adalah tanggung jawab kasta bawah, yakni kewajiban kasta Dalit. 

Selain itu, orang-orang dari kasta Dalit sering menghadapi kesulitan mendapatkan pendidikan yang layak karena kurangnya sumber daya seperti fasilitas dan masalah finansial yang menghambat akses ke pendidikan. 

Fakta bahwa 95% buta huruf di India berasal dari kasta Dalit, yang mana menambah kompleksitas permasalahan ini. Terlebih, adanya diskriminasi yang sering di alami semakin mempersulit situasi kasta ini. 

Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau kita sering melihat jalan-jalan di India, terutama di daerah kelas bawah, terkesan kotor dan kurang memperhatikan kebersihan dilingkungan sekitarnya. 

Faktor kurangnya fasilitas kebersihan, serta pedagang banyak yang kurang mendapatkan edukasi tentang pentingnya kebersihan menjadi alasan dasar mengapa orang orang negara ini kurang menjaga kebersihan diberbagai aspek. 

Selain itu, penyebab perlakuan tidak menyenangkan terhadap kasta Dalit oleh kasta lainnya adalah sering kali berkaitan dengan anggapan bahwa mereka tidak murni atau dianggap haram untuk disentuh. 

Ironisnya, meskipun dianggap tidak boleh disentuh, orang-orang dari kasta Dalit sering menjadi korban pelecehan seksual oleh orang-orang dari kasta atas. Ini mencerminkan paradoks yang kompleks dalam sistem kasta India.

Sebenarnya, India telah berupaya keras untuk mengatasi kesenjangan ini, termasuk melalui pembuatan undang-undang perlindungan dan penghapusan sistem kasta, serta melalui perlawanan yang dilakukan oleh kaum Dalit sendiri. 

Akan tetapi, masyarakat India yang masih sangat memegang teguh nilai-nilai dan budaya leluhur, sehingga sulit untuk mengubah sistem yang bisa dibilang sangat merugikan salah satu pihak ini.

Jika dipikir-pikir sih, tidak ada yang salah dengan melestarikan warisan budaya masa lalu, tetapi jika budaya tersebut dianggap sangat negatif, lebih baik kalau budaya tersebut ditinggalkan. 

Beralih ke masalah lain, selain kebersihan pelecehan seksual adalah salah satu alasan utama yang membuat India dianggap tidak aman bagi wanita. 

Bahkan pada tahun 2022, hampir 90 wanita India dilaporkan mengalami pelecehan setiap hari, dan kemungkinan masih banyak lagi kasus yang tidak tercatat. 

Sistem sosial yang dipengaruhi oleh pandangan buruk terhadap korban, lemahnya hukum, dan budaya patriarki juga turut berperan dalam kekerasan seksual di India.

Sistem patriarki, yang menempatkan laki-laki sebagai penguasa utama dalam berbagai aspek kehidupan, membuat wanita di India sering kali dianggap sebagai warga kelas dua. 

Hal ini menyebabkan mereka sering dipandang sebelah mata oleh pria yang dianggap lebih berkuasa, termasuk oleh keluarga sendiri. 

Paradigma ini bahkan bisa terwujud dalam bentuk pelecehan seksual di lingkungan keluarga, di tempat di mana seharusnya wanita merasa aman.

Remaja laki-laki di India, terutama yang berpenghasilan rendah, sering kali memiliki pandangan negatif terhadap wanita yang berpakaian terbuka atau mengikuti gaya barat, menganggapnya sebagai wanita yang tidak bermoral dan dapat dilecehkan. 

Anggapan ini juga menciptakan stigma negatif terhadap korban pelecehan seksual, membuat wanita enggan untuk melaporkannya.

Selain itu, laki-laki dari kasta dominan sering menggunakan kekerasan seksual sebagai alat untuk memperkuat hierarki gender dan kasta. 

Budaya patriarki juga mendorong keluarga India untuk mendidik anak perempuannya untuk tunduk dan mengesampingkan keinginannya, berbeda dengan anak laki-laki.

India telah melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini, namun tantangan budaya yang kaku membuat perubahan sulit terjadi. 

Meskipun demikian, India juga memiliki keahlian yang luar biasa di bidang teknologi informasi, terbukti dengan keberhasilan tokoh-tokoh seperti Neal Mohan (CEO YouTube), Sundar Pichai (CEO Google), dan Amrapali Gan dengan OnlyFans.

Dengan demikian, sebenarnya banyak potensi dan keahlian di bidang teknologi yang negara ini memiliki banyak hal untuk ditawarkan. Jadi, kita tidak bisa memandangnya hanya sebelah mata saja. Sekian dan semoga bermanfaat.

Cak Nun
Cak Nun Seorang bloger muda yang hanya memikirkan kata "berusaha, berdoa dan pasrah" tak lupa akan syukur atas apa yang di berikan.

Posting Komentar untuk "Mengapa Banyak Stigma Buruk Tentang Negara India"